Cermati teks berikut! Teks 1 Seorang kakek hidup serumah bersama anak, menantu, dan cucu berusia 6 tahun. Keluarga itu biasa makan malam bersama. Si kakek yang sudah pikun sering mengacaukan segalanya. Tangan bergetar dan mata rabunnya membuat kakek susah menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh. Saat si kakek meraih gelar, sering susu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya menjadi gusar. Suami-istri itu lalu menempatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan, tempat sang kakek makan sendirian. Mereka memberikan mangkuk melamin yang tidak gampang pecah. Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, sering terdengar ratap kesedihan dari sudut ruangan. Namun, suami-istri itu justru mengomel agar si kakek tak menghamburkan makanan lagi. Sang cucu yang berusia 6 tahun mengamati semua kejadian di dalam diam. Suatu hari si ayah memperhatikan anaknya sedang membuat replika mainan kayu. “Sedang apa, Sayang?” tanya ayah pada anaknya. “Aku sedang membuat meja buat ayah dan ibu. Persiapan buat ayah dan ibu jika aku besar nanti.” Ayah anak kecil itu langsung terdiam. Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan kembali diajak makan di meja yang sama. Tak kan ada lagi omelan saat piring jatuh, makan tumpah, atau taplak ternoda kuah. Teks 2 Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono, dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.“Saya heran pada dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri,” kata Tono kepada Udin. Udin ogah-ogahan menjawab pertanyaan Tono. Udin beranggapan bahwa masalah yang dibicarakan Tono itu tidak penting. Namun, Tono tetap meminta agar Udin mau menerka teka-tekinya. “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri,” jawab Udin merasa jengah. Ternyata jawaban Udin masih juga salah. Menurut Tono, dosen yang juga pejabat itu tidak bersedia berdiri sebab takut kursinya diambil orang lain.” Mendengar pernyataan Tono, Udin menanyakan apa hubungan antara menjadi dosen dan pejabat. “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.” ungkap Tono. Persamaan kedua teks cerita tersebut adalah?

Cermati teks berikut! Teks 1 Seorang kakek hidup serumah bersama anak, menantu, dan cucu berusia 6 tahun. Keluarga itu biasa makan malam bersama. Si kakek yang sudah pikun sering mengacaukan segalanya. Tangan bergetar dan mata rabunnya membuat kakek susah menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh. Saat si kakek meraih gelar, sering susu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya menjadi gusar. Suami-istri itu lalu menempatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan, tempat sang kakek makan sendirian. Mereka memberikan mangkuk melamin yang tidak gampang pecah. Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, sering terdengar ratap kesedihan dari sudut ruangan. Namun, suami-istri itu justru mengomel agar si kakek tak menghamburkan makanan lagi. Sang cucu yang berusia 6 tahun mengamati semua kejadian di dalam diam. Suatu hari si ayah memperhatikan anaknya sedang membuat replika mainan kayu. “Sedang apa, Sayang?” tanya ayah pada anaknya. “Aku sedang membuat meja buat ayah dan ibu. Persiapan buat ayah dan ibu jika aku besar nanti.” Ayah anak kecil itu langsung terdiam. Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan kembali diajak makan di meja yang sama. Tak kan ada lagi omelan saat piring jatuh, makan tumpah, atau taplak ternoda kuah. Teks 2 Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono, dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.“Saya heran pada dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri,” kata Tono kepada Udin. Udin ogah-ogahan menjawab pertanyaan Tono. Udin beranggapan bahwa masalah yang dibicarakan Tono itu tidak penting. Namun, Tono tetap meminta agar Udin mau menerka teka-tekinya. “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri,” jawab Udin merasa jengah. Ternyata jawaban Udin masih juga salah. Menurut Tono, dosen yang juga pejabat itu tidak bersedia berdiri sebab takut kursinya diambil orang lain.” Mendengar pernyataan Tono, Udin menanyakan apa hubungan antara menjadi dosen dan pejabat. “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.” ungkap Tono. Persamaan kedua teks cerita tersebut adalah?

  1. menggunakan sudut pandang orang ketiga
  2. menguraikan watak tokoh kakek dan dosen yang lugu
  3. konflik tentang masa depan tokoh kakek dan dosen
  4. latar cerita di rumah tokoh utama
  5. tema cerita tentang kesabaran tokoh

Jawaban yang benar adalah: A. menggunakan sudut pandang orang ketiga.

Dilansir dari Ensiklopedia, cermati teks berikut! teks 1 seorang kakek hidup serumah bersama anak, menantu, dan cucu berusia 6 tahun. keluarga itu biasa makan malam bersama. si kakek yang sudah pikun sering mengacaukan segalanya. tangan bergetar dan mata rabunnya membuat kakek susah menyantap makanan. sendok dan garpu kerap jatuh. saat si kakek meraih gelar, sering susu tumpah membasahi taplak. anak dan menantunya menjadi gusar. suami-istri itu lalu menempatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan, tempat sang kakek makan sendirian. mereka memberikan mangkuk melamin yang tidak gampang pecah. saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, sering terdengar ratap kesedihan dari sudut ruangan. namun, suami-istri itu justru mengomel agar si kakek tak menghamburkan makanan lagi. sang cucu yang berusia 6 tahun mengamati semua kejadian di dalam diam. suatu hari si ayah memperhatikan anaknya sedang membuat replika mainan kayu. “sedang apa, sayang” tanya ayah pada anaknya. “aku sedang membuat meja buat ayah dan ibu. persiapan buat ayah dan ibu jika aku besar nanti.” ayah anak kecil itu langsung terdiam. ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan kembali diajak makan di meja yang sama. tak kan ada lagi omelan saat piring jatuh, makan tumpah, atau taplak ternoda kuah. teks 2 di kantin sebuah universitas, udin dan tono, dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.“saya heran pada dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri,” kata tono kepada udin. udin ogah-ogahan menjawab pertanyaan tono. udin beranggapan bahwa masalah yang dibicarakan tono itu tidak penting. namun, tono tetap meminta agar udin mau menerka teka-tekinya. “barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri,” jawab udin merasa jengah. ternyata jawaban udin masih juga salah. menurut tono, dosen yang juga pejabat itu tidak bersedia berdiri sebab takut kursinya diambil orang lain.” mendengar pernyataan tono, udin menanyakan apa hubungan antara menjadi dosen dan pejabat. “ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.” ungkap tono. persamaan kedua teks cerita tersebut adalah menggunakan sudut pandang orang ketiga.

Pembahasan dan Penjelasan

Menurut saya jawaban A. menggunakan sudut pandang orang ketiga adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google.

Menurut saya jawaban B. menguraikan watak tokoh kakek dan dosen yang lugu adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali.

Menurut saya jawaban C. konflik tentang masa depan tokoh kakek dan dosen adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain.

Menurut saya jawaban D. latar cerita di rumah tokoh utama adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan.

Menurut saya jawaban E. tema cerita tentang kesabaran tokoh adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah A. menggunakan sudut pandang orang ketiga.

Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.

Artikel Terkait Lainnya :

Tinggalkan komentar


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.