Lembaga negara yang tugas pokoknya mengawasi jalannya pemerintahan adalah?
- DPD
- DPR
- Presiden
- MPR
- Semua jawaban benar
Jawaban yang benar adalah: B. DPR.
Dilansir dari Ensiklopedia, lembaga negara yang tugas pokoknya mengawasi jalannya pemerintahan adalah DPR.
Pembahasan dan Penjelasan
Menurut saya jawaban A. DPD adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali.
Menurut saya jawaban B. DPR adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google.
Menurut saya jawaban C. Presiden adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain.
Menurut saya jawaban D. MPR adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan.
Menurut saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain.
Kesimpulan
Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah B. DPR.
Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.
Artikel Terkait Lainnya :
- Penyebab berkurangnya ketersediaan air bersih adalah?
- How many display unit you can display in ROG Wall Rack with 300W x 60D x 240H CM size?
- Perhatikan tahapan pembuatan kerajinan berikut ini:1) Membuat benda sesuai dengan rancangan;2) Membuat rancangan;3) Menyiapkan alat dan bahan;4) Finishing.Urutan yang tepat untuk membuat kerajinan dari bahan keras adalah?
- Luas wilayah indonesia setelah diumumkannya deklarasi djuanda adalah?
- Manusia dan sejarah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, sebab?
- Hasil-hasil yang diperoleh dalam elektrolisis larutan KNO3 adalah?
- Read the following text to answer questions ..to.. My Best Holiday Last year my family and I went on the most amazing holiday to Spain. We had never been to Spain before and my Dad wanted to go there because he said that he was fed up with sitting around in the damp and gloom!When we arrived at the villa it was baking hot. The first thing that Dad did was to take a shower. He said that he needed to cool off after such a long journey. There was a swimming pool so we spent a lot of time mucking about in the water or splashing water over Dad!One afternoon we went to visit some caves in the hills. Inside the caves were the most amazing stalagmites and stalactites. They were knobbly and looked like massive, misshapen spears. Some were like bars in a zoo. The guide tapped some and it was rather like playing a glockenspiel. In the caves it was quite cold.On the third day we visited a beach. The waves were just right for surfing so we hired somebody boards. Dad was worried that we would drown so he spent the afternoon standing in the sea watching us. It was a breeze! The waves were strong enough to float in on but not too powerful.One of the best things about the holidays was that Dad was so useless at cooking that we had to go into the town every night to eat. There was a stall where you could buy chips and calamari. The calamari was squid cooked in better-it tasted like rubbery fish. Once we had eaten, we played on the pinball machines.When we got home Mum wanted to see all the photos. I had a magnificent picture of Dad’s very red face from too much sun. All in all I think that it was a great holiday and I can’t wait to go back. Where did the writer and his family visit on the third day?
- Akibat Makan makanan yang haram adalah?
- Bacalah teks cerita pendek berikut!Maaf!Putu Wijaya…“Betul. Dan sekarang sudah terbukti itu bohong! Dia pasti malu besar. Dia orang berpendidikan tinggi, pasti dia tidak akan berani minta maaf karena dia tahu fitnahnya yang kejam itu sukar dimaafkan. Kita kesana saja, jangan biarkan dia berdosa. Sekarang mumpung masih siang.”Aku cepat mengganti baju dan sandal.“Ayo, Bu!”Istriku tak membantah, hanya penasaran.“Kenapa Bapak jadi berubah pikiran? Bukannya Bapak yang kemarin mati-matian menolak keras waktu diajak untuk silaturahmi maaf-memaafkan ke situ?” ”Ya tapi tadi aku kedatangan tamu. “Tolonglah orang yang tidak berani mengakui dosanya supaya berkurang dosanya dan supaya aku sendiri tidak berdosa karena sudah membiarkan orang terus berdosa. Ayo, Bu.”Istriku tambah heran“Tamu siapa? Memang tadi ada tamu?”“Sudah, kok ngomong terus. Ayo cepat nanti keburu malam.”Dalam perjalanan istriku terus bertanya-tanya. Apa yang sudah menyebabkan aku berbalik pikiran. Menurut dia, sudah betul apa yang aku putuskan. Menurut istriku, orang kaya itu adalah teroris yang berbuat seenak perutnya sendiri saja. Tanpa punya bukti dia main tuduh mengatakan aku sudah makan uang warga. Dan itu menyangkut nilai sampai setengah miliar. Padahal uang itu tidak hilang, tapi dipinjamkan oleh bendahara pada warga yang memerlukan atas persetujuan panitia pembangunan sekolah itu sendiri. Dan orang kaya itu termasuk anggotanya, tapi tidak pernah hadir dalam rapat. Belum apa-apa dia sudah mengundang wartawan dan berkoar-koar. Maksudnya jelas, ingin mengundang simpati masyarakat karena ia ingin terpilih menjadi caleg. Akibatnya masyarakat marah. Hampir saja ia didemo. Tapi atas kesalahannya itu ia sama sekali tak merasa bersalah…Setelah tuan rumah yang dikunjungi tidak ada, mereka pun pulang…“Bapak, kamu mau menolong bangsat yang tak berani datang minta maaf karena keder lantaran dosanya sudah kelewatan itu, eh nggak tahunya masuk perangkap dan dipermalukan habis. Rumahnya kosong!”“Siapa?”“Setan kaya yang…”Taksu mengangkat tangan sambil memotong“Bapak sudah ditunggu tiga jam.”“Ditunggu? Ngapain, kan Bapak silaturahmi?”“Sudah tak bilangin begitu, tapi disitunya ngotot mau nungguin!”“Siapa sih?”“Saya, Pak.”Tiba-tiba di depan pintu muncul orang kaya itu. Darahku tersirap. Di belakangnya muncul istri dan kelima anaknya. Sekeluarga lengkap. Aku bengong. Sementara aku tadi ke rumahnya dan menunggu sambil memaki-maki, rupanya dia sekeluarga datang dan menunggu dengan sabar hanya untuk minta maaf. Orang kaya yang barusan aku maki-maki itu mendekat, langsung menjabat tanganku erat. Minta maaf atas segala kesalahannya dan memeluk. Istrinya menyusul. Lalu anak-anaknya satu persatu mencium tanganku dengan hormat, pasti sudah diberi instruksi oleh orang tuanya.Wajah istriku meledak gembira. Sumpah serapahnya kontan lenyap. Apalagi para tetangga keluar dari rumahnya, menyaksikan silaturahmi itu dan sekalian ikut salam-salaman. Taksu dengan gesit mengumpulkan suvenir yang berceceran di mana-mana lalu melenyapkannya di belakang. Hari itu menjadi hari perdamaian yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.Ya Tuhan, alangkah mudahnya seluruh rasa benci dan permusuhan itu diselesaikan oleh Hari Raya. Hari Raya adalah mahakarya. Aku memejamkan mata dan bersyukur.Alternatif judul yang sesuai dengan isi cerita di atas adalah sebagai berikut. Pilih lebih dari satu jawaban dengan memberi tanda (√)?
- Asas yang didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalam kehidupan masyarakat, yaitu asas?